Senin, 23 Juni 2014

Bersyukur

Bersyukurlah Karena engkau tidak memiliki semua yang diinginkan Jika kau miliki semuanya apa lagi yang hendak dicari? Bersyukurlah Saat engkau tidak mengetahui sesuatu Karena hali itu memberimu kesempatan untuk belajar Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang engkau hadapi Karena disana ada kesempatan mengembangkan diri Bersyukurlah Atas keterbatasan yang engkau miliki Karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri Bersyukurlah Atas setiap tantangan baru Karena hal itu memberimu pelajaran yang sangat berharga Bersyukurlah Ketika engkau lelah dan bosan Karena berarti engkau telah berbuat sesuatu yang berarti Mudah memang Untuk mensyukuri hal-hal yang baik Namun, Kehidupan yang bermakna Dinikmati oleh mereka yang juga bersyukur atas kesulitan Rasa syukur bisa mengubah hal negative menjadi positif Berusahalah mensyukuri kesulitan yang engkau hadapi Sehingga kesulitan itu menjadi berkah bagimu

Selasa, 28 Januari 2014

Universitas Kesulitan

Bersyukurlah atas segala kesulitan, karena kita sedang dididik oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi lebih kuat. Jangan berdoa agar Alloh tidak memberikan cobaan hidup berupa kesulitan. Berdoalah agar kita kuat menghadapi cobaan dan kesulitan hidup. Manusia yang sejak awal kehidupannya hanya diisi dengan kemewahan dan kesenangan hidup, biasanya akan tumbuh menjadi manusia cengeng dan tidak bertanggung-jawab. Ketika dianugerahi kemewahan hidup, digunakan untuk foya-foya. Mereka bersenang-senang. Tapi ketika ia harus menerima hukuman atau ujian hidup, mereka menghindar. Cobaan dan kesulitan hidup yang dihadapi sepanjang kehidupan, akan mendidik manusia menjadi kuat, tahan uji dan bertanggung-jawab. Itulah sekolah kehidupan yang sebenarnya. Namanya, Universitas Kesulitan.

Kamis, 16 Januari 2014

Berbahagialah 'Ukasyah

Madinah muram. Di setiap sudut rumah wajah-wajah tertunduk terpekur menatap tanah. Tak ada senyuman yang mengembang, atau senandung cinta yang dilantunkan para ibunda untuk membuai buah hatinya. Sebutir hari terus bergulir, namun semua tetap sama, kelabu. Ujung waktu selalu saja hening, padahal biasanya kegembiraan mewarnai keseharian mereka. Padahal semangat selalu saja menjelma. Namun kali ini, semuanya luruh. Tatapan-tatapan kosong, desah nafas berat yang terhembus bahkan titik-titik bening air mata keluar begitu mudah. Sahara menetaskan kesenyapan, lembah-lembah mengalunkan untaian keheningan. Kabar sakitnya manusia yang dicinta, itulah muasalnya. Setelah peristiwa Haji Wada' kesehatan nabi Muhammad Saw memang menurun. Islam telah sempurna, tak akan ada lagi wahyu yang turun. Semula, kaum muslimin bergembira dengan hal ini. Hingga Abu Bakar mendesirkan angin kematian Rasulullah. Sahabat terdekat ini menyatakan bahwa kepergian kekasih Allah akan segera tiba dan saat itu adalah saat-saat perpisahan dengan purnama Madinah telah menjelang. Selanjutnya bayang-bayang akan kepergian sosok yang selalu dirindu sepanjang masa terus saja membayang, menjelma tirai penghalang dari banyak kegembiraan. Dan masa pun berselang. Masjid penuh sesak, kaum Muhajirin beserta Anshar. Semua berkumpul setelah Bilal memanggil mereka dengan suara adzan. Ada sosok cinta di sana, kekasih yang baru saja sembuh, yang membuat semua sahabat tak melewatkan kesempatan ini. Setelah mengimami shalat, nabi berdiri dengan anggun di atas mimbar. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih. Senyap segera saja datang, mulut para sahabat tertutup rapat, semua menajamkan pendengaran menuntaskan kerinduan pada suara sang Nabi yang baru berada lagi. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkai hikmah. Selanjutnya Nabi bertanya. "Duhai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik". Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap lekat Nabi yang terlihat lemah. Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Nabi, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening sari pati cinta. Tak akan rela sampai kapanpun, ada yang menyentuhnya meski hanya secuil jari kaki. Apapun akan digadaikan untuk membela Al-Musthafa. Melihat semua yang terdiam, nabi mengulangi lagi ucapannya, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang. Hingga ucapan yang ketiga kali, seorang laki-laki berdiri menuju Nabi. Dialah 'Ukasyah Ibnu Muhsin. "Ya Rasul Allah, Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat menciummu, duhai kekasih Allah, Saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung samping ku" ucap 'Ukasyah. Mendengar ini Nabi pun menyuruh Bilal mengambil cambuk di rumah putri kesayangannya, Fatimah. Tampak keengganan menggelayuti Bilal, langkahnya terayun begitu berat, ingin sekali ia menolak perintah tersebut. Ia tidak ingin, cambuk yang dibawanya melecut tubuh kekasih yang baru saja sembuh. Namun ia juga tidak mau mengecewakan Rasulullah. Segera setelah sampai, cambuk diserahkannya kepada Rasul mulia. Dengan cepat cambuk berpindah ke tangan 'Ukasyah. Masjid seketika mendengung seperti sarang lebah. Sekonyong-konyong melompatlah dua sosok dari barisan terdepan, melesat maju. Yang pertama berwajah sendu, janggutnya basah oleh air mata yang menderas sejak dari tadi, dia lah Abu Bakar. Dan yang kedua, sosok pemberani, yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Nabi menyapanya sebagai Umar Ibn Khattab. Gemetar mereka berkata: "Hai 'Ukasyah, pukullah kami berdua, sesuka yang kau dera. Pilihlah bagian manapun yang paling kau ingin, kisaslah kami, jangan sekali-kali engkau pukul Rasul" "Duduklah kalian sahabatku, Allah telah mengetahui kedudukan kalian", Nabi memberi perintah secara tegas. Ke dua sahabat itu lemah sangsai, langkahnya surut menuju tempat semula. Mereka pandangi sosok 'Ukasyah dengan pandangan memohon. 'Ukasyah tidak bergeming. Melihat Umar dan Abu Bakar duduk kembali, Ali bin Abi thalib tak tinggal diam. Berdirilah ia di depan 'Ukasyah dengan berani. "Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan kisas Rasul, inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apapun, deralah aku""Allah Swt sesungguhnya tahu kedudukan dan niat mu duhai Ali, duduklah kembali" Tukas Nabi. "Hai 'Ukasyah, engkau tahu, aku ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rasulullah, kami darah dagingnya, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mengkisas Rasul juga", kini yang tampil di depan U'kasyah adalah Hasan dan Husain. Tetapi sama seperti sebelumnya Nabi menegur mereka. "Duhai penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku. Duduklah". Masjid kembali ditelan senyap. Banyak jantung yang berdegup kian cepat. Tak terhitung yang menahan nafas. 'Ukasyah tetap tegap menghadap Nabi. Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi 'Ukasyah mengambil kisas. "Wahai 'Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah Ragaku," Nabi selangkah maju mendekatinya. "Ya Rasul Allah, saat Engkau mencambukku, tak ada sehelai kainpun yang menghalangi lecutan cambuk itu". Tanpa berbicara, Nabi langsung melepaskan ghamisnya yang telah memudar. Dan tersingkaplah tubuh suci Rasulullah. Seketika pekik takbir menggema, semua yang hadir menangis pedih. Melihat tegap badan manusia yang di maksum itu, 'Ukasyah langsung menanggalkan cambuk dan berhambur ke tubuh Nabi. Sepenuh cinta direngkuhnya Nabi, sepuas keinginannya ia ciumi punggung Nabi begitu mesra. Gumpalan kerinduan yang mengkristal kepada beliau, dia tumpahkan saat itu. 'Ukasyah menangis gembira, 'Ukasyah bertasbih memuji Allah, 'Ukasyah berteriak haru, gemetar bibirnya berucap sendu, "Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sampai hati mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka". Dengan tersenyum, Nabi berkata: "Ketahuilah duhai manusia, sesiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pribadi lelaki ini". 'Ukasyah langsung tersungkur dan bersujud memuji Allah. Sedangkan yang lain berebut mencium 'Ukasyah. Pekikan takbir menggema kembali. "Duhai, 'Ukasyah berbahagialah engkau telah dijamin Nabi sedemikian pasti, bergembiralah engkau, karena kelak engkau menjadi salah satu yang menemani Rasul di surga". Itulah yang kemudian dihembuskan semilir angin ke seluruh penjuru Madinah.

Kamis, 09 Januari 2014

Sebuah Renungan perbaikan diri

Perubahan menjadi hal yang mutlak yang harus terjadi Silahkan untuk memilih merubah menjadi baik atau buruk 2 hal itu saja Sebuah keputusan yang akan menentukan jalan ke depan ------------------------ Silahkan orang menilai kita sesuka nya Yang penting kita harus tetap baik kepada mereka Apapun yang dipikirkan dan persepsikan mereka tentang kita, belum berarti benar adanya Jangan bersedih atas perlakuan orang kepada kita Diri ini yang harus senantiasa instropeksi diri Tidak berkecil hati ketika orang lain meremehkan kemampuan diri Buktikan dengan karya -------------------------------------- Tak usah risau dengan nikmat yang diperoleh orang lain Syukuri saja yang sudah ada pada diri ini Tetap berdoa dan berusaha Hasil Alloh yang atur Kita tinggal nikmati proses --------------------- Alangkahkah nikmatnya berbagi Tidak penting berapa penghasilan kita Tidak penting berapa rupiah pengeluaran kita Yang penting tetap berbagi ----------------------------------- Sudahkah kita bersholawat untuk baginda Rosul hari ini ? Ayo bersholawat Biar Rosul mengenal kita --------------------------- Apa yang kau lakukan tadi malam ? Apa kau terbangun untuk sholat Tahujjud ? Taukah kau, kalau Alloh punya waktu khusus disetiap 1/3 malam untuk hambaNya ? Tinggalkanlah aksesoris kasurmu Sekuat jiwa dan raga bangun menjemput jamuan special dari Robb-Mu Kemulian seorang hamba, salah satunya ada pada Sholat malamnya ------------------------------------- 16 Rabi’ul Awal / 09 Februari 2012 Yang merindukan pertemuan dengan Alloh dan Rosul-Nya

PAKSA

Sebuah kata yang membuat sumpek. Orang punya kebebasan, jadi tak perlu memaksakan. Terserah mau ngerjakan apa. Memang itu sah-sah saja, tapi yang perlu digaris bawahi adalah memaksakan diri sendiri untuk berbuat kebaikan. Jangan biarkan kemalasan menghinggapi. Jangan biarkan waktu kosong hilang sia-sia. Bisa jadi jangan ada waktu kosong. Hiasi waktu kita dengan aktifitas yang positif. Mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, Jangan banyak berleha-leha, santai atau banyak tidur. Tidur memang harus, tapi kondisikan tidur yang efektif dan segera bangun pagi, sepagi mungkin. Ketika orang lain masih tidur maka bangunlah ambil air wudlu dan gelar sajadah, tegakkan qiyamul lail dan hiasi dengan tilawah alqu’an. Wuhh…alangkah nikmatnya. Yakin, pagimu akan indah dan bersemangat. Lahap buku-buku yang ada, disana akan kau temukan ladang ilmu dan kau akan siap panen kapanpun yang engkau mau asal kau rajin. Coba rangkai setiap aktivitasmu. Rangkai seindah mungkin, kita akan merasakan betapa bersyukurnya mendapat kesempatan ini. Walau keperihan takkan lepas darinya, Namun itu akan membuat semakin indah hidup ini. (Senin,5Jumadil ‘Ula 1431H/19April2010-07.46WIB)

Senin, 30 Desember 2013

2014 semangat

kita songsong tahun 2014 dengan kesyukuran 2013 menjadi pengalaman dan pelajaran semangaaaaaaaat ...............